Sekilas Tentang Qadisiyah
Qadisiyah merupakan sebuah daerah di sebelah timur sungai Eufrat. Memiliki banyak kebun
kurma dan aliran irigasi. Pintu gerbang kerajaan Persia Majusi (penyembah api)
pada masa lampau. Adapun saat ini, Qadisiyyah terletak di barat daya Hillah dan
Kufah, bagian tengah negara Irak.Peristiwa
monumental tersebut berlangsung pada tahun 14 H, pada masa khalifah ‘Umar bin
Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu.
Strategi Pasukan Islam
Dengan sigap, Sa’ad
sebagai komamdan mengerahkan tentaranya, untuk bergabung dengan pasukan
Al-Mutsanna bin Haritsah di sana. Namun, sebelum kedua pasukan bertemu telah
terdengar berita meninggalnya Al-Mutsanna. Lengkaplah jumlah pasukan Islam
menjadi 30.000 prajurit. Di dalamnya terdapat 70 veteran perang Badar 300
sahabat nabi yang mengikuti Fathu Mekkah, dan 700 putra sahabat nabi.
Strategi Pasukan Kafir Persia
Sampailah pasukan Islam di Qadisiyyah dan menetap selama satu bulan. Maka
rakyat Persia segera melaporkan tindakan kaum muslimin tersebut kepada
Yazdigird, raja Persia kala itu. Kemudian, Yazdigird mengirim parade militer
berskala besar ke Qadisiyyah. Bataliyon gabungan artileri-kavaleri ini di bawah
komando panglima senior yang bernama Rustum. Mereka
berangkat membawa 12.000 personil. Garda depan dipimpin Jalinius, pertahanan
belakang diatur oleh Al-Bairuzan, sayap kanan dipimpin Hurmuzan, adapun sayap
kiri dipegang oleh Mihran. Persia semakin congkak tatkala diperkuat oleh 33
gajah. Setiap gajah menarik gerbong yang membawa 20 serdadu beserta peti
persenjataan. Musuh menempatkan 18 gajah pada lini tengah pasukan, di antaranya
seekor gajah putih milik raja yang paling besar di garis terdepan. Adapun 15
gajah lainnya pada posisi sayap kanan dan kiri pasukan. Sebuah taktik tempur
yang membahayakan.
Perundingan Sebelum Meletusnya Pertempuran
Di saat kedua kubu saling berhadapan, Sa’ad mengutus Al-Mughirah bin Syu’bah
radhiyallahu ‘anhu. Beliau segera datang dan langsung duduk di sisi Rustum. Hal
ini membuat para pembesar Persia berang, namun dengan tenang beliau menjawab: "Sesungguhnya duduk di singgasana ini tidaklah meninggikan kedudukanku, dan
tidak pula mengurangi kedudukan panglima kalian ''. Setelah
itu Rib’i bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu diutus menemui Rustum. Bersamaan dengan
itu, musuh telah menghiasi tenda dengan berbagai perhiasan yang menyilaukan
mata. Mereka meletakkan sejumlah bantal berajut benang emas serta permadani
yang terbuat dari sutera. Rustum sendiri memakai mahkota tengah duduk di atas
singgasana yang terbuat dari emas. Di sisi lain, Rib’i bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu datang menaiki seekor kuda
pendek. Beliau masuk tenda dengan tetap mengenakan baju besi dan senjatanya.
Namun, kedua perundingan ini berakhir tanpa membawa hasil.
Berkobarnya Api Pertempuran
Menjelang pecahnya pertempuran, Sa’ad radhiyallahu ‘anhu tertimpa penyakit
bisul di sekujur tubuhnya. Keadaan ini menghalangi beliau untuk memacu
kudanya. Pintu benteng sendiri tidak ditutup menunjukkan keberanian Sa’ad. Dari atas benteng,
beliau mengatur pasukan dalam keadaan bersandar di atas dadanya yang terletak
di atas bantal. Sa’ad radhiyallahu ‘anhu menghadirkan para pemuka kaum, jagoan
perang, dan penyair sebagai upaya mengobarkan ruh jihad tentara
Islam.Beliau
radhiyallahu ‘anhu juga memerintahkan agar dibacakan ayat-ayat jihad dari surat
Al-Anfal. Hal ini membawa ketenangan bagi pejuang Islam. Mereka mengetahui
kemenangan bukan dinilai dari kekuatan pasukan.
Kemenangan adalah karunia dan pertolongan Allah subhanahu wa
ta’ala.Di
sisi lain, Persia mempersiapkan 30.000 tentara khusus yang diikat dengan rantai
besi agar tidak melarikan diri. Rustum sendiri mengenakan dua lapis baju besi.
Rustum sempat mengalami mimpi buruk tentang kekalahan pasukannya. Dia adalah
seorang dukun yang mengetahui ilmu perbintangan. Dia pun bersedih, namun ia
menyembunyikan hal itu.Seusai
shalat zhuhur, Sa’ad radhiyallahu ‘anhu mengumandangkan takbir pertama, seluruh
prajurit bertakbir dan menyiapkan diri. Takbir kedua, mereka kembali bertakbir
dan bersiap dengan senjatanya. Takbir ketiga dikumandangkan, merekapun serempak
bertakbir sembari bersiap memacu kuda-kuda. Dan setelah pekikan takbir keempat,
seluruh prajurit menggempur barikade Persia hingga malam tiba, ibarat
singa-singa garang yang memburu mangsanya. Bahkan singa saja tidak segarang
mereka. Di hari itu, banyak korban berjatuhan dari pihak Islam. Gajah-gajah
Persia membuat takut kuda-kuda Arab hingga lari darinya.
Pertempuran
berkobar pada pagi hari kedua hingga larut malam. Al-Qa’qa’ bin ‘Amr
memerintahkan agar memberikan kostum menyeramkan pada sejumlah unta Arab. Hal
ini membuat kuda Persia ketakutan.
Sementara itu, bantuan pasukan Islam datang dari Syam sebanyak 6.000 personil.
Tentara Islam benar-benar bertempur dengan gagah berani hingga larut malam. Di
saat pergantian hari, kaum muslimin mengubur jenazah pejuang dan memindahkan
prajurit yang terluka parah. Adapun mayat-mayat serdadu Persia dibiarkan
bergelimpangan. Pada pagi hari ketiga, mereka kembali berperang hingga sore hari. Tak terdengar
pada hari itu melainkan suara pedang-pedang yang beradu. Sampailah pertempuran
pada hari keempat. Milisi militan Islam berhasil melukai dan membunuh sejumlah
gajah pasukan Persia.
Akhir Dari Pertempuran
Permukaan bumi Qadisiyyah bersimbah darah. Api perang terus berkobar. Para
pejuang Islam terus maju menggempur barikade musuh. Matahari tergelincir siang
itu, tiba-tiba berhembus angin kencang memporak-porandakan tenda-tenda Persia,
termasuk tenda milik Rustum. Suasana menjadi samar tak jelas dipenuhi debu.
Rustum hendak melarikan diri namun tewas terbunuh. Nasib serupa juga menimpa
Jalinius. Akhirnya, pasukan penyembah api itu mengalami kekalahan telak dan lari
tercerai-berai. Para pejuang Islam dengan leluasa membunuh dan mengejar ke mana
pun mereka menuju, baik ke arah sungai, gunung maupun lembah. Jumlah pasukan
Persia yang terbunuh pada perang ini sebanyak 40.000 tentara. Adapun jumlah
pasukan Islam yang gugur sebanyak 2.500 tentara.Itulah
para mujahidin sejati yang berupaya menaati Allah subhanahu wa ta’ala dan
rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka sibuk memperbaiki anak panah dan
meruncingkan ujung tombak. Barisan ksatria yang selalu bergemuruh membaca
Al-Qur’an ketika malam tiba. Adapun di siang hari, mereka adalah para
penunggang kuda yang tangguh tak terkalahkan. Berjuang sesuai petunjuk
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ikhlas mengharap ridho Allah
subhanahu wa ta’ala, sehingga Allah subhanahu wa ta’ala turunkan pertolongan
untuk mereka dan memberi mereka kemenangan.
Wallahu’alam
bis showab..