"Terima Kasih Atas Kunjungannya Semoga Bermanfaat


Rabu, 15 Mei 2013

10 Wasiat Imam Hasan Al-Bana

10 Wasiat Imam Hasan Al Bana 

 

  1. Dalam kondisi bagaimanapun, segera dirikanlah shalat ketika mendengar adzan.

  2. Baca atau dengarkanlah Al Quran dan ingatlah Allah.

  3. Berusahalah untuk bisa berbicara dengan bahasa Arab secara fushhah (baik), sebab ia termasuk dari pembelajaran Islam.

  4. Jangan banyak berdebat dalam setiap urusan bagaimanapun bentuknya, sebab pamer kepandaian dan riya’ itu tidak mendatangkan kebaikan sedikitpun.

  5. Jangan banyak tertawa, karena hati yang selalu berinteraksi dengan Allah adalah hati yang tenang dan khusyu’.

  6. Jangan banyak bergurau, karena umat yang gigih berjuang tidak mengenal selain kesungguhan.

  7. Jangan mengeraskan suara melebihi yang dibutuhkan oleh pendengar, sebab itu merupakan kecerobohan dan menyakitkan orang lain.

  8.  Jauhi dari menggunjing orang dan menjelek-jelekkan kelompok atau organisasi, dan jangan membicarakannya selain kebaikan saja.

  9. Kenalkan dirimu kepada saudara-saudaramu seiman dan seperjuangan walaupun engkau tidak diminta, sebab azas dakwah kita adalah mahabbah (kecintaan) dan saling mengenal.

  10. Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang tersedia, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya. Dan jika engkau punya tugas, selesaikanlah segera!.


 

Perang Qadisiyah


Perang Qadisiyah 

   

Sekilas Tentang Qadisiyah

         Qadisiyah merupakan sebuah daerah di sebelah timur sungai Eufrat. Memiliki banyak kebun kurma dan aliran irigasi. Pintu gerbang kerajaan Persia Majusi (penyembah api) pada masa lampau. Adapun saat ini, Qadisiyyah terletak di barat daya Hillah dan Kufah, bagian tengah negara Irak.Peristiwa monumental tersebut berlangsung pada tahun 14 H, pada masa khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu.


Strategi Pasukan Islam
 
       
Dengan sigap, Sa’ad sebagai komamdan mengerahkan tentaranya, untuk bergabung dengan pasukan Al-Mutsanna bin Haritsah di sana. Namun, sebelum kedua pasukan bertemu telah terdengar berita meninggalnya Al-Mutsanna. Lengkaplah jumlah pasukan Islam menjadi 30.000 prajurit. Di dalamnya terdapat 70 veteran perang Badar 300 sahabat nabi yang mengikuti Fathu Mekkah, dan 700 putra sahabat nabi.



Strategi Pasukan Kafir Persia

       Sampailah pasukan Islam di Qadisiyyah dan menetap selama satu bulan. Maka rakyat Persia segera melaporkan tindakan kaum muslimin tersebut kepada Yazdigird, raja Persia kala itu. Kemudian, Yazdigird mengirim parade militer berskala besar ke Qadisiyyah. Bataliyon gabungan artileri-kavaleri ini di bawah komando panglima senior yang bernama Rustum. Mereka berangkat membawa 12.000 personil. Garda depan dipimpin Jalinius, pertahanan belakang diatur oleh Al-Bairuzan, sayap kanan dipimpin Hurmuzan, adapun sayap kiri dipegang oleh Mihran. Persia semakin congkak tatkala diperkuat oleh 33 gajah. Setiap gajah menarik gerbong yang membawa 20 serdadu beserta peti persenjataan. Musuh menempatkan 18 gajah pada lini tengah pasukan, di antaranya seekor gajah putih milik raja yang paling besar di garis terdepan. Adapun 15 gajah lainnya pada posisi sayap kanan dan kiri pasukan. Sebuah taktik tempur yang membahayakan.



Perundingan Sebelum Meletusnya Pertempuran

      Di saat kedua kubu saling berhadapan, Sa’ad mengutus Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu. Beliau segera datang dan langsung duduk di sisi Rustum. Hal ini membuat para pembesar Persia berang, namun dengan tenang beliau menjawab: "Sesungguhnya duduk di singgasana ini tidaklah meninggikan kedudukanku, dan tidak pula mengurangi kedudukan panglima kalian ''.
Setelah itu Rib’i bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu diutus menemui Rustum. Bersamaan dengan itu, musuh telah menghiasi tenda dengan berbagai perhiasan yang menyilaukan mata. Mereka meletakkan sejumlah bantal berajut benang emas serta permadani yang terbuat dari sutera. Rustum sendiri memakai mahkota tengah duduk di atas singgasana yang terbuat dari emas. Di sisi lain, Rib’i bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu datang menaiki seekor kuda pendek. Beliau masuk tenda dengan tetap mengenakan baju besi dan senjatanya. Namun, kedua perundingan ini berakhir tanpa membawa hasil.
 


Berkobarnya Api Pertempuran

       Menjelang pecahnya pertempuran, Sa’ad radhiyallahu ‘anhu tertimpa penyakit bisul di sekujur tubuhnya. Keadaan ini menghalangi beliau untuk memacu kudanya. Pintu benteng sendiri tidak ditutup menunjukkan keberanian Sa’ad. Dari atas benteng, beliau mengatur pasukan dalam keadaan bersandar di atas dadanya yang terletak di atas bantal. Sa’ad radhiyallahu ‘anhu menghadirkan para pemuka kaum, jagoan perang, dan penyair sebagai upaya mengobarkan ruh jihad tentara Islam.
Beliau radhiyallahu ‘anhu juga memerintahkan agar dibacakan ayat-ayat jihad dari surat Al-Anfal. Hal ini membawa ketenangan bagi pejuang Islam. Mereka mengetahui kemenangan bukan dinilai dari kekuatan pasukan.
        Kemenangan adalah karunia dan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala.Di sisi lain, Persia mempersiapkan 30.000 tentara khusus yang diikat dengan rantai besi agar tidak melarikan diri. Rustum sendiri mengenakan dua lapis baju besi. Rustum sempat mengalami mimpi buruk tentang kekalahan pasukannya. Dia adalah seorang dukun yang mengetahui ilmu perbintangan. Dia pun bersedih, namun ia menyembunyikan hal itu.Seusai shalat zhuhur, Sa’ad radhiyallahu ‘anhu mengumandangkan takbir pertama, seluruh prajurit bertakbir dan menyiapkan diri. Takbir kedua, mereka kembali bertakbir dan bersiap dengan senjatanya. Takbir ketiga dikumandangkan, merekapun serempak bertakbir sembari bersiap memacu kuda-kuda. Dan setelah pekikan takbir keempat, seluruh prajurit menggempur barikade Persia hingga malam tiba, ibarat singa-singa garang yang memburu mangsanya. Bahkan singa saja tidak segarang mereka. Di hari itu, banyak korban berjatuhan dari pihak Islam. Gajah-gajah Persia membuat takut kuda-kuda Arab hingga lari darinya.
Pertempuran berkobar pada pagi hari kedua hingga larut malam. Al-Qa’qa’ bin ‘Amr memerintahkan agar memberikan kostum menyeramkan pada sejumlah unta Arab. Hal ini membuat kuda Persia ketakutan.

       Sementara itu, bantuan pasukan Islam datang dari Syam sebanyak 6.000 personil. Tentara Islam benar-benar bertempur dengan gagah berani hingga larut malam. Di saat pergantian hari, kaum muslimin mengubur jenazah pejuang dan memindahkan prajurit yang terluka parah. Adapun mayat-mayat serdadu Persia dibiarkan bergelimpangan. Pada pagi hari ketiga, mereka kembali berperang hingga sore hari. Tak terdengar pada hari itu melainkan suara pedang-pedang yang beradu. Sampailah pertempuran pada hari keempat. Milisi militan Islam berhasil melukai dan membunuh sejumlah gajah pasukan Persia.



Akhir Dari Pertempuran

       Permukaan bumi Qadisiyyah bersimbah darah. Api perang terus berkobar. Para pejuang Islam terus maju menggempur barikade musuh. Matahari tergelincir siang itu, tiba-tiba berhembus angin kencang memporak-porandakan tenda-tenda Persia, termasuk tenda milik Rustum. Suasana menjadi samar tak jelas dipenuhi debu. Rustum hendak melarikan diri namun tewas terbunuh. Nasib serupa juga menimpa Jalinius. Akhirnya, pasukan penyembah api itu mengalami kekalahan telak dan lari tercerai-berai. Para pejuang Islam dengan leluasa membunuh dan mengejar ke mana pun mereka menuju, baik ke arah sungai, gunung maupun lembah. Jumlah pasukan Persia yang terbunuh pada perang ini sebanyak 40.000 tentara. Adapun jumlah pasukan Islam yang gugur sebanyak 2.500 tentara.
Itulah para mujahidin sejati yang berupaya menaati Allah subhanahu wa ta’ala dan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka sibuk memperbaiki anak panah dan meruncingkan ujung tombak. Barisan ksatria yang selalu bergemuruh membaca Al-Qur’an ketika malam tiba. Adapun di siang hari, mereka adalah para penunggang kuda yang tangguh tak terkalahkan. Berjuang sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ikhlas mengharap ridho Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga Allah subhanahu wa ta’ala turunkan pertolongan untuk mereka dan memberi mereka kemenangan.

Wallahu’alam bis showab..   
    

Selasa, 14 Mei 2013

Tutup Matamu, Mintai Dia untuk Menggerakkan Hatimu






Saat menghadapi kondisi yang sulit, buntu, kita perlu berhati-hati dengan kedua mata kita. Apa yang tampak secara kasat mata bisa jadi merupakan tipuan keadaan. Sejenis ilusi dari keraguan dan ketakutan. Pada saat menghadapi keadaan seperti ini, meraba-raba dengan mata telanjang akan membahayakan. Alih-alih menemukan jalan keluar, yang ada malah terperosok ke jurang yang lebih dalam. Maka sadarilah, beginilah kita. Seorang budak yang senantiasa tertawan oleh berbagai macam kelemahannya.
Agar selamat dan terbimbing, menutup mata (fisik) agaknya akan menjadi pilihan yang tepat. Kemudian kita berserah diri sepenuhnya kepada Ia yang menggenggam hati kita, meminta-Nya agar menunjuki dan menggerakkan hati kita. Yang dengan hati terbimbing inilah kita menemukan arah geraknya. Lensanya memperjelas apa yang sebelumnya samar. Akan tetapi kita perlu ingat kembali pesan Bunda, bahwa hanya hati yang bening yang bisa dimasuki cahaya-Nya. Hanya lensa hati yang bening yang bisa digunakan untuk melihat petunjuk-petunjuk dari-Nya. Semoga kita memilikinya.

Sumber : http://ysgunawan.wordpress.com

Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun

Pagi itu melewati kota ini tak pernah terbayangkan sebelumnya, mobil bak yang saya dan kawan-kawan tumpangi lajunya diperlambat agar d...