"Terima Kasih Atas Kunjungannya Semoga Bermanfaat


Sabtu, 15 Oktober 2011

Tanah Gersang

Dalam hubungan yang kita jalin di kehidupan,
Setiap orang adalah guru bagi kita.

Ya, setiap orang. Siapa pun mereka. Yang baik, juga yang jahat.
Betapa pun yang mereka berikan kepada kita selama ini hanyalah luka, rasa sakit, kepedihan, dan aniaya, mereka tetaplah guru-guru kita. Bukan karena mereka orang-orang yang bijaksana. Melainkan karena kitalah yang sedang belajar untuk menjadi bijaksana.

Mereka mungkin tanah gersang. Dan kitalah murid yang belajar untuk menjadi bijaksana. Kita belajar untuk menjadi embun pada paginya, awan teduh pada siangnya, dan rembulan yang menghias malamnya.

Tetapi barangkali, kita justru adalah tanah yang paling gersang. Lebih gersang dari sawah yang kerontang. Lebih cengkar dari lahan kering di kemarau yang panjang. Lebih tandus daripada rumput yang terbakar dan hangus. Maka bagi kita sang tanah gersang, selalu ada kesempatan menjadi murid yang bijaksana.

Dan seperti matahari yang tak hendak dekat-dekat dengan bumi karena khawatir nyalanya bisa memusnahkan kehidupan. Seperti gunung api yang lahar panasnya kelak menjelma lahan subur, sejuk menghijau berwujud hutan.

Dan seperti batu cadas yang memberi kesempatan lumut untuk tumbuh di permukaannya. Dia izinkan sang lumut menghancurkan tubuhnya, melembutkan kekerasannya, demi terciptanya butir-butir tanah. Demi tersedianya unsur hara agar pepohonan berbuah.

_Salim A. Fillah_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun

Pagi itu melewati kota ini tak pernah terbayangkan sebelumnya, mobil bak yang saya dan kawan-kawan tumpangi lajunya diperlambat agar d...