"Terima Kasih Atas Kunjungannya Semoga Bermanfaat


Senin, 07 Januari 2013

IMAN ITU LETAKNYA DIHATI

IMAN ITU LETAKNYA DI HATI

Untuk lebih memahami apa bedanya orang yang hanya melakukan amalan badaniyyah saja tanpa dilandasi aqidah yang benar, perumpamaannya adalah seperti ini :

Jika ada seseorang yang terus menerus berkata kepada Anda “Aku percaya kepadamu” namun kenyataannya ia percaya pada orang lain. Atau ada orang yang terus menerus mengatakan pada Anda “Aku minta tolong kepadamu” namun ia justru mendatangi teman Anda untuk minta tolong, atau ia berkata “Aku yakin dengan kekuatanmu, dan aku berlindung kepadamu” namun kenyataannya ia gemetar dan tidak yakin bahwa Anda bisa menolongnya. Pastilah Anda akan jengkel dengan orang seperti ini dan menganggap ia melecehkan Anda.

Demikianlah ketika 17X sehari (jumlah total rokaat sholat dalam sehari) Anda mengatakan iyya kana’budu (hanya kepadaMu lah aku mengabdi) namu kenyataannya Anda mengabdi pada harta, mengabdi pada kekuasaan, Anda mengabdi pada materialisme, atau Anda mengabdi pada hawa nafsu, maka tentu saja itu hanya perbuatan badani yg kosong dari iman.

Demikian pula jika 17X sehari Anda mengatakan “wa iyya kaanasta’iin” (hanya kepadaMu lah aku memohon pertolongan) namun kenyataannya Anda tidak yakin Allah akan menolong Anda, Anda tidak yakin Allah akan memberi jalan keluar, dan Anda mulai meragukan doa Anda terkabul, Anda malah meminta tolong kepada jin dengan mendatangi peramal dan dukun, maka tentu saja ini sebuah penghinaan.

“Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa (Q.S. Yunus [10] : 62-63)

Lihatlah bagaimana ayat di atas menjelaskan siapaka orang yang beriman itu? Iman itu di letaknya di hati, maka perkataan “tidak ada kekhawatiran dan tidak pula bersedih hati “ adalah suasana hati orang yang beriman.

Namun di sisi lain, dikatakan wajah adalah jendela hati. Maka suasana hati ini muaranya akan memancar dalam sikap dan perbuatan, yaitu tidak nampak rasa khawatir dan sedih dalam ekspresi wajahnya walaupun didera oleh ujian dan cobaan yang berat.

Inilah yang sering terjadi kesalahpahaman. Kita sering mendengar bahwa kita diminta bersikap positive thinking. Namun jika pada dasarnya suasana hati kita gundah, tidak yakin, risau, maka memaksakan adanya positive thinking hanyalah usaha indoktrinasi diri. Maka yang terjadi adalah usaha menipu diri sendiri dan karenanya kita justru bertambah stress karena apa yang kita pikirkan tidak sama dengan yang kita rasakan. Yang benar adalah kita diminta untuk memiliki suasana hati yang positif (positive feeling) dan bukannya positive thinking. Inilah yang dimaksud dengan iman. Inilah yang dimaksud dengan aqidah.

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari. (Hadits Qudsi Riwayat Muslim No.4832)

Berbaik sangka terhadap Allah termasuk ibadah yang baik. (HR. Abu Dawud)

Dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka (Q.S. Al-Ahzab [33] : 10)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun

Pagi itu melewati kota ini tak pernah terbayangkan sebelumnya, mobil bak yang saya dan kawan-kawan tumpangi lajunya diperlambat agar d...